Terbongkar! Kontrak Serbet Hingga Rahasia Langit Lionel Messi
Siapa yang tidak kenal Lionel Messi? Namanya membahana sebagai pesepak bola terbaik sepanjang masa, alias GOAT (Greatest of All Time), terutama setelah ia berhasil mengantar timnas Argentina merengkuh trofi Piala Dunia pada tahun 2022 . Namun, di balik skill magis yang sering bikin penggemar terperangah, ada segudang cerita tersembunyi yang membentuk sosok sang legenda. Cerita-cerita ini tidak terjadi di tengah riuh stadion atau sorotan kamera, melainkan di balik layar—kisah-kisah yang terasa aneh dan sulit dipercaya, tetapi faktanya adalah fondasi kokoh yang menopang kehebatannya di lapangan. Untuk menyelami sisi lain dari La Pulga, julukan yang melekat pada Messi, kita perlu menyingkap empat kisah paling “ghoib” yang mungkin jarang terdengar. Ini bukan sekadar anekdot, melainkan serangkaian momen penentu nasib yang mengubah perjalanan seorang anak muda Argentina menjadi legenda global.
Awal Mula Legenda yang Ditulis di Atas Selembar Tisu
Legenda besar sering kali dimulai dari hal yang paling sederhana. Kisah Lionel Messi dengan FC Barcelona tidak bermula dari kontrak mewah atau seremoni akbar. Sebaliknya, pondasi dari hubungan yang akan berlangsung selama hampir dua dekade itu diletakkan di atas sehelai serbet makan yang lusuh .
Momen itu terjadi pada Desember 2000. Lionel Messi, yang saat itu masih berusia 13 tahun, telah tiba di Barcelona beberapa bulan sebelumnya untuk menjalani uji coba . Meskipun permainannya di La Masia, pusat latihan klub, begitu memukau hingga membuat para petinggi terperangah, ada keraguan yang menghantui. Mengontrak pemain asing semuda itu dianggap sebagai langkah yang penuh risiko, sebuah hal yang belum lazim di kancah sepak bola Eropa pada masa itu.
Para agen Messi, Horacio Gaggioli dan Josep Maria Minguella, mulai frustrasi dengan keraguan yang berkepanjangan . Mereka mendesak Sekretaris Teknis klub, Carles Rexach, untuk segera mengambil keputusan. Dalam suasana makan siang yang penuh ketegangan, Rexach mengambil keputusan yang seolah impulsif namun penuh keyakinan. Ia mengambil serbet makan, pena, dan menuliskan sebuah kalimat yang akan mengubah sejarah : “Di Barcelona, pada 14 Desember 2000 yang dihadiri tuan-tuan Minguella, Horacio, Carles Rexach, sekretaris teknik FCB dengan ini setuju di bawah tanggung jawabnya dan tanpa menghiraukan perbedaan pendapat untuk menandatangani pemain Lionel Messi selama kami mempertahankan jumlah yang sudah disepakati,” .
Serbet itu bukan sekadar media untuk menulis perjanjian; ia adalah simbol dari sebuah lompatan keyakinan (leap of faith) dan pandangan jauh ke depan. Sebuah keputusan yang diambil di tengah ketidakpastian dan risiko, yang menunjukkan betapa tipisnya garis antara kegagalan dan kesuksesan. Kelak, serbet ikonik ini tidak hanya menjadi peninggalan sejarah, tetapi juga artefak berharga. Pada Mei 2024, serbet tersebut laku dilelang dengan harga fantastis sebesar 762.400 pound sterling, atau sekitar Rp 15,7 miliar . Angka ini secara kausal menghubungkan sebuah keputusan yang dibuat di bawah tekanan dengan nilai finansial dan historis yang tak terduga, menegaskan bahwa momen kecil bisa menciptakan efek riak yang monumental dalam sejarah.
Ditinggalkan Saat Kecil Karena Penyakit ‘Gak Masuk Akal’
Di balik perawakan yang “mungil” namun lincah, Lionel Messi ternyata memendam sebuah perjuangan pribadi sejak kecil. Ia didiagnosis mengidap Growth Hormone Deficiency (GHD), kelainan hormon yang menyebabkan pertumbuhan badannya terhambat [6]. Pada usia 11 tahun, tinggi badannya hanya mencapai 127 cm, jauh lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya .
Kondisi GHD ini tidak hanya memengaruhi aspek fisik, melainkan juga berpotensi menciptakan tekanan psikologis. Kondisi tersebut dapat memicu rasa rendah diri, depresi, atau kecemasan . Perjuangan Messi, dengan demikian, adalah sebuah pertarungan ganda: melawan keterbatasan fisik dan juga melawan keraguan mental yang bisa timbul dari kondisi tersebut. Beban ini diperberat oleh kenyataan pahit bahwa biaya pengobatan GHD, yang harus dijalani melalui suntikan hormon, sangatlah mahal. Keluarganya yang sederhana di Argentina tidak mampu menanggung biaya perawatan yang krusial bagi masa depannya .
Di sinilah peran Barcelona menjadi begitu heroik. Dengan ditandatanganinya perjanjian di atas serbet, klub juga mengambil alih tanggung jawab untuk menanggung seluruh biaya suntikan hormon Messi. Tindakan ini bukan sekadar klausul kontrak, melainkan sebuah investasi yang luar biasa pada potensi seorang anak, terlepas dari segala risiko dan keraguan. Keputusan ini menjadi penentu nasib (determinant of fate), sebab tanpa intervensi finansial dari Barcelona, karier Messi mungkin tidak akan pernah terwujud. Kisah ini menjelaskan mengapa hubungan Messi dengan klub itu begitu dalam dan emosional, melampaui ikatan profesional biasa. Kesuksesan yang ia raih di lapangan adalah hasil dari bakat, ketekunan, dan yang paling utama, sebuah kepercayaan luar biasa yang diberikan kepadanya saat ia berada di titik terlemah.
Kenapa Messi Selalu Nunjuk ke Langit Setelah Cetak Gol?
Satu dari banyak hal ikonik yang selalu dilakukan Messi adalah selebrasi golnya. Setelah mencetak gol, ia selalu mengangkat kedua jari telunjuknya ke langit . Banyak yang bertanya-tanya, apa makna di balik gestur sederhana tersebut? Ternyata, selebrasi itu adalah sebuah tribut abadi yang dipersembahkan untuk mendiang neneknya, Celia Olivera Cuccittini .
Celia bukanlah sekadar nenek bagi Messi. Ia adalah sosok pendukung terbesar (greatest admirer) yang memainkan peran krusial dalam karier La Pulga. Dalam kisah yang ia kenang, Messi bercerita bagaimana orang-orang di klub sepak bolanya meragukan dirinya karena perawakannya yang kecil . Namun, Nenek Celia selalu membela dan bersikeras agar ia dimasukkan ke dalam tim. “Nenek saya tetap bersikeras,” kenang Messi. “Dia sangat disukai oleh semua orang di klub dan terus menuntut saya dimasukkan sampai mereka melakukannya. Saya mencetak dua gol. Meskipun saya tidak ingat pasti karena masih kecil, tapi itu cerita yang dikatakan nenek saya dulu” .
Nenek Celia juga yang memberikan saran unik agar Messi bergabung dengan tim terburuk di kotanya, tim bernama Grandoli. Ketika Messi bingung dengan saran itu, neneknya menjelaskan, “Mungkin bagus bagimu karena mereka sangat buruk. Tim yang buruk membutuhkan pemain yang hebat, bukan?” . Dukungan tanpa syarat ini membentuk fondasi mentalitas juara dalam diri Messi. Selebrasi ke langit yang ia lakukan setelah setiap gol bukan hanya gestur, melainkan sebuah ritual yang berakar pada cinta dan motivasi paling murni. Ini adalah bukti fisik bahwa setiap prestasinya terhubung langsung dengan dukungan emosional yang kuat dari akarnya, memberikan dimensi humanis yang mendalam pada sosoknya.
Aspek Tersembunyi | Keterangan Singkat | Implikasi | Sumber |
Kontrak Serbet | Perjanjian pertama yang ditulis di atas serbet makan . | Menjadi simbol leap of faith dan kini memorabilia seharga Rp 15,7 M [4]. | |
Perjuangan GHD | Mengidap Growth Hormone Deficiency yang menghambat pertumbuhan fisiknya . | Barcelona menanggung biaya pengobatan, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari kisah kesuksesan [1]. | |
Selebrasi Ikonik | Mengangkat jari ke langit setelah gol adalah tribut abadi untuk neneknya, Celia . | Didorong oleh cinta dan dukungan tanpa syarat yang membentuk mentalitas juaranya [7, 8]. | |
Skill Anti-Mainstream | Mampu juggling bola tenis, golf, dan sepatu, bukan hanya bola sepak]. | Bukti visual dari kejeniusan teknis yang melampaui batas-batas olahraga . |
Ekspor ke Spreadsheet
Rahasia Skill ‘Aneh’ Messi: Juggling Bola Tenis Sampai Sepatu!
Keahlian Messi sering kali disebut sebagai bakat alami. Ia mampu mengolah bola dengan begitu lancar dan indah, seolah bola itu adalah bagian dari tubuhnya. Namun, kejeniusan teknisnya tidak terbatas hanya pada bola sepak. Di luar lapangan, ada sebuah skill “aneh” yang sering ia pamerkan: juggling dengan benda-benda yang sangat tidak biasa .
Dalam sebuah tantangan yang viral, Messi terlihat mengolah berbagai macam benda, termasuk bola tenis, bola golf, dan bahkan sepatu sepak bolanya sendiri [9, 10]. Rekaman video-video tersebut memicu decak kagum dari para komentator, yang menyebut kontrolnya sebagai “puisi” dan “sulit dipercaya” . Keterampilan ini tidak hanya sekadar trik atau hobi aneh. Sebaliknya, ia adalah metafora visual yang kuat untuk bakatnya.
Kemampuan Messi untuk mengendalikan benda-benda dengan bentuk, berat, dan pantulan yang berbeda-beda membuktikan bahwa kejeniusannya tidak terikat pada satu alat spesifik. Ini menunjukkan intuisi, koordinasi, dan sentuhan bola yang melampaui batas-batas teknis. Skill ini adalah bukti nyata dari bakat alaminya yang luar biasa, menegaskan mengapa ia layak mendapat julukan GOAT . Kemampuannya ini memberikan perspektif baru, bahwa keahliannya bukan hanya hasil dari latihan keras, tetapi juga manifestasi dari anugerah alami yang memungkinkannya menguasai segala tantangan yang ia hadapi. (setia wirawan/berbagai sumber)