Superfood dan Biofuel! Kaltim Go Green Lawan Stunting dengan Sacha Inchi, Gandeng Kideco
SAMARINDA, nusaetamnews.com :Kalimantan Timur (Kaltim) kini punya jagoan baru untuk dua tantangan besar: stunting dan energi hijau! Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kaltim gaspol menggandeng pihak swasta untuk mengembangkan potensi tanaman sacha inchi.
Kepala BRIDA Kaltim, Fitriansyah, memastikan kolaborasi ini strategis. Salah satu partner besarnya adalah perusahaan seperti Kideco.
“Kami berkolaborasi dengan perusahaan seperti Kideco untuk riset potensi unggulan daerah, salah satunya kacang sacha inchi yang kaya Omega 3, 6, dan 9 sebagai superfood,” jelas Fitriansyah, Rabu.
Fungsi Ganda Sacha Inchi: Gizi vs. Energi
Pengembangan komoditas ini memiliki fungsi double-duty yang sangat penting bagi ketahanan daerah:
- Asupan Gizi: Menjadi solusi unggulan untuk mengentaskan stunting di Kaltim.
- Potensi Biomassa: Minyaknya berpotensi besar diolah menjadi biofuel atau energi hijau.
Bahkan, Dewan Energi Nasional (DEN) secara khusus menantang BRIDA Kaltim untuk segera menjadikan sacha inchi sebagai bahan baku energi hijau. BRIDA saat ini tengah berupaya mengamankan pendanaan untuk pengadaan mesin yang bisa mengubah minyak nabati sacha inchi menjadi biofuel.
Selain sacha inchi, BRIDA juga terus menyempurnakan ekstrak minyak haruan yang diformulasikan khusus untuk menekan angka stunting di Benua Etam.
Riset Mahal? BRIDA Tawarkan Skema Join Funding
BRIDA sadar, riset berkelanjutan butuh modal besar. Oleh karena itu, BRIDA aktif mendorong korporasi di Kaltim untuk mengalokasikan dana Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau CSR mereka untuk kepentingan riset.
Fitriansyah menawarkan skema pendanaan bersama (join funding) antara pemerintah dan swasta.
“Kolaborasi pendanaan ini dinilai sangat krusial untuk menjawab tantangan klasik penelitian, seperti keterbatasan biaya perjalanan dinas peneliti menuju lokasi terpencil,” katanya.
Sinergi pembiayaan lintas sektor ini diharapkan mampu mengatasi pembengkakan anggaran riset yang kerap muncul akibat faktor tak terduga di lapangan, sehingga hasil penelitian Kaltim bisa lebih implementatif dan berdampak nyata bagi masyarakat. (ant/one)