Nostalgia Kaltim: Gubernur HM Ardans & Jejak Haru 10 Tahun Memimpin
MAHULU, Kaltim – Di tengah gempuran globalisasi, Pemkab Mahakam Ulu (Mahulu) kekeuh dan berkomitmen penuh buat melestarikan adat dan budaya lokal. Kenapa? Karena ini dianggap kekayaan tak ternilai sekaligus ciri khas bangsa. Respect!
Wakil Bupati Mahulu, Suhuk, Jumat (waktu setempat), bilang bahwa budaya itu bukan cuma warisan masa lalu, tapi “fondasi moral dan spiritual” yang ngasih arah buat pembangunan daerah.
Dukungan Full Buat Festival Lokal
Bentuk komitmennya nggak main-main. Pemkab Mahulu support habis-habisan komunitas lokal yang menggelar berbagai kegiatan budaya, mulai dari Upacara Adat Hudoq, Nemlaai, Adat Laliq Pakan Hudo, hingga yang terbaru: Hudoq Pekayang 2025.
Dukungan nyata diberikan saat pagelaran Hudoq Pekayang di Kampung Liu Mulang, Long Pahangai, selama tiga hari (20-22/10). Acara ini, kata Suhuk, jadi cermin ketahanan sosial dan kearifan lokal yang match banget sama Visi ke-4 Mahulu Melaju (merata, maju, berkelanjutan).
Hudoq Pekayang, simbol kebersamaan dan ketulusan masyarakat Dayak Bahau, memelihara nilai-nilai gotong royong dan rasa syukur.
Budaya = ‘Roh Pembangunan’
Suhuk menekankan konsep yang deep: “Budaya adalah roh pembangunan. Tanpa budaya, kemajuan hanya akan menjadi angka tanpa jiwa.”
Mindset ini bikin arah pembangunan Mahulu harus seimbang antara infrastruktur fisik dan infrastruktur moral.
Nah, buat Gen Z dan generasi muda, Wabup Mahulu mengajak mereka untuk bangga sama warisan leluhur. Mereka didorong buat jadi penjaga dan promotor kebudayaan daerah, menjadikannya pembeda positif di tengah arus globalisasi.
Budaya Jadi Mesin Ekonomi Kreatif
Nggak cuma soal moral, Suhuk juga mengajak semua pihak menjadikan budaya sebagai “Pendorong Ekonomi” lewat pariwisata dan industri kreatif.
“Hudoq Pekayang dan semua budaya yang ada di Mahulu… memiliki potensi besar menjadi daya tarik wisata budaya yang mampu menggerakkan ekonomi daerah,” tutup Suhuk. Budaya dijaga, ekonomi ngegas! (ant/one)