Subscribe

Neni Moerniaeni, Dari Balik Meja Operasi Menuju Balai Kota: Sebuah Kisah Pengabdian yang Dibayar Lunas

3 minutes read

Perjalanan Karier Dr. Hj. Neni Moerniaeni, Sp.OG.
Wali Kota Bontang, Dr. Hj. Neni Moerniaeni, Sp.OG., yang kini memimpin Kota Taman untuk periode 2025-2030, bukanlah sosok asing dalam kancah politik dan pengabdian masyarakat. Jejak kariernya merupakan perpaduan langka antara dunia medis, akademisi, dan politik, yang semuanya berakar pada komitmen melayani.

Akar Pengabdian: Dunia Medis dan Akademik
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ini mengawali kariernya sebagai dokter umum di RSUD Wahab Samarinda (1989-1994), kemudian melanjutkan studi Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Sebagai seorang dokter spesialis, ia kembali mengabdi di rumah sakit yang sama, membantu ibu-ibu melahirkan dan menjaga kesehatan reproduksi. Selain praktik, Dr. Neni juga berprofesi sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, turut mencetak generasi penerus dunia kesehatan.
Transisi ke Politik: Dari Parlemen ke Eksekutif
Dari dunia kesehatan, Dr. Neni beralih ke arena legislatif:
• Wakil Ketua DPRD Kota Bontang (2004–2009).
• Ketua DPRD Kota Bontang (2009–2014).
• Anggota DPR-RI (2014–2015), bertugas di Komisi VII dan sempat berpindah ke Komisi XI.
Puncak karier politiknya di tingkat daerah diraih ketika ia terpilih sebagai Wali Kota Bontang untuk periode pertama (2016–2021) dan kembali terpilih untuk periode 2025–2030. Perjalanan ini menunjukkan dedikasi yang tak pernah padam, beralih dari pelayan kesehatan individual menjadi pelayan publik bagi seluruh warga Bontang.

KISAH MENGHARUKAN: Air Mata Haru di Pelantikan PPPK Paruh Waktu
Di balik hiruk pikuk politik dan pembangunan kota, tersimpan momen-momen kemanusiaan yang mendalam. Salah satu kisah yang paling menyentuh terjadi dalam pelantikan massal Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Paruh Waktu di bawah kepemimpinan Wali Kota Neni.
Pada bulan Oktober 2025, sebanyak 1.424 tenaga honorer di lingkungan Pemkot Bontang akhirnya dilantik menjadi PPPK Paruh Waktu. Momen di Stadion Bessai Berinta itu bukan sekadar seremoni administratif, melainkan penanda akhir dari perjuangan panjang dan ketidakpastian bagi ribuan keluarga.
“Hari ini seperti mendapat hadiah terbesar dalam hidup. Akhirnya saya jadi bagian dari ASN Pemkot Bontang. Ini bukan cuma status, tapi penghargaan atas perjuangan selama ini,” ujar Thamrin, seorang pria paruh baya yang telah mengabdi selama tujuh tahun, dengan mata berkaca-kaca.
Yang lebih mengharukan adalah cerita dari Nur Aini, seorang tenaga kesehatan yang telah 15 tahun mengabdi di Puskesmas tanpa status tetap. Bertahun-tahun penuh harap dan kadang kecewa, akhirnya penantian itu terbayar lunas. Pelantikan tersebut menjadi sebuah kepastian, sebuah pengakuan atas loyalitas dan kerja keras mereka yang selama ini hanya berstatus honorer.
Dalam situasi anggaran daerah yang tertekan, keputusan Wali Kota Neni untuk tetap memperjuangkan pengangkatan 1.424 honorer menjadi PPPK ini menjadi sorotan. Langkah tersebut dinilai sebagai perwujudan nyata dari kepemimpinan yang mengutamakan nasib dan kesejahteraan SDM daerah, bukan hanya pembangunan fisik semata. Ia menunjukkan bahwa keberanian dalam pengambilan kebijakan juga harus dibarengi dengan kepekaan terhadap nasib para pengabdi di garis depan.
Kisah air mata bahagia para PPPK ini adalah cerminan dari komitmen seorang dokter yang terbiasa menyelamatkan nyawa, kini berjuang menyelamatkan masa depan dan martabat para pengabdi kota. (one)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *