Subscribe

Membangakan, Dua Ilmuwan Paling Berpengaruh di Dunia versi  Stanford University, Salah Satunya Dari Unmul

2 minutes read
7 Views

SAMARINDA – Kabar membanggakan datang dari Kampus Hijau. Rizky Yudaruddin, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Mulawarman (Unmul), baru saja mengguncang dunia akademik. Ia diakui sebagai salah satu dari dua persen ilmuwan paling berpengaruh di dunia versi Stanford University!

Pengakuan bergengsi ini didapat berkat risetnya yang super relevan dengan isu global: dampak perang dan konflik geopolitik terhadap perilaku investor.

“Sebenarnya saya tidak menyangka bisa sampai ke titik ini, saya hanya fokus meneliti, menulis, dan berkolaborasi. Tapi, ketika hasilnya diakui secara internasional, tentu itu membanggakan, bukan hanya untuk saya pribadi, tapi juga untuk Universitas Mulawarman,” ujar Rizky di Samarinda, Senin (6/10).

Pencapaian ini adalah hasil dari konsistensi publikasi internasional selama tiga tahun, yang juga menempatkan namanya di peringkat pertama SINTA Score se-Kalimantan Timur dan Utara.

Menganalisis Perang: Rusia-Ukraina hingga Houthi

Rizky tidak sendirian. Ia berkolaborasi dengan tim peneliti internasional dari Amerika, Dubai, Turki, dan Malaysia untuk membedah bagaimana ketegangan global memengaruhi pasar modal.

“Kami meneliti perang Rusia-Ukraina, Israel-Hamas, sampai ketegangan antara AS dan kelompok Houthi,” jelas Rizky.

Hasilnya? Ada anomali (keanehan) yang mencengangkan!

Saat konflik militer memanas, investor justru berbondong-bondong mengarahkan uang mereka ke sektor energi, khususnya pada perusahaan pengayaan uranium.

Artinya, di balik riuhnya konflik, selalu ada peluang ekonomi yang tidak semua orang lihat.

Sektor Makanan & Minuman, Si Penyelamat Perang Dagang

Namun, ceritanya berbeda jika berbicara soal perang dagang.

“Perang dagang? Itu merembes ke semua negara, apalagi negara yang punya surplus perdagangan dengan Amerika, termasuk Indonesia. Mereka yang paling bereaksi,” katanya.

Menariknya, di tengah ketegangan dagang, riset Rizky justru menemukan bahwa sektor makanan dan minuman menjadi penyelamat (bahkan tetap diminati investor!). Logikanya sederhana: seberapa pun tingginya tarif, manusia tetap butuh makan dan minum untuk bertahan hidup.

Temuan ini mematahkan teori ekonomi konvensional yang menyebut semua sektor seharusnya tertekan akibat perang dagang.

Refleksi Kebijakan: Keseimbangan Militer vs. Kedamaian

Lebih dari sekadar cuan, penelitian Rizky juga memberi catatan penting bagi pemerintah Indonesia. Ia menemukan bahwa stabilitas militer yang terjaga dapat menenangkan investor.

Namun, ada batasnya. Jika penguatan militer dilakukan berlebihan, hal itu justru berpotensi memicu perlombaan senjata baru. “Kami masih mencari titik keseimbangan ini. Negara perlu kuat agar stabil, tapi juga harus bijak agar tak menimbulkan eskalasi baru,” tutup Rizky, menawarkan refleksi mendalam dari risetnya di kancah global. Gimana, siap jadi investor anti-mainstream pas dunia lagi ‘panas’?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *