Kukar Gaet Maggot! Pemkab Siapkan Kandang Ayam di 17 Kecamatan untuk Program MBG
TENGGARONG, nusaetamnews.com : Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, bersiap meluncurkan proyek besar tahun 2026: pembangunan kandang ayam petelur di 17 kecamatan. Tujuannya adalah untuk memastikan pasokan telur lokal yang berkelanjutan, khususnya untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah-sekolah, sekaligus meningkatkan gizi masyarakat.
Namun, proyek ini datang dengan tantangan dan solusi inovatif. Pemkab Kukar kini mengajak warganya untuk menyiapkan pakan ayam dengan cara yang paling efisien dan ramah lingkungan.
Solusi Jitu: Sampah Organik Jadi Ulat Maggot
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kukar, Sunggono, mendorong warga untuk memanfaatkan sampah organik rumah tangga sebagai bahan baku penghasil ulat maggot.
“Hal yang paling mudah memproduksi pakan ayam adalah dengan memanfaatkan sampah organik rumah tangga yang bisa menghasilkan ulat maggot, karena ulat jenis ini mudah diproduksi dan bisa digunakan sebagai pakan alami untuk ayam, ikan, burung dan jenis unggas lain,” kata Sunggono di Tenggarong, Senin.
Ulat maggot dipilih karena:
- Protein Tinggi: Kandungan proteinnya sangat tinggi, ideal untuk pakan ayam petelur.
- Solusi Sampah: Memiliki kemampuan menguraikan limbah organik secara cepat, sehingga turut menyelesaikan persoalan sampah.
- Limbah Jadi Pupuk: Limbah maggot bahkan bisa dimanfaatkan menjadi pupuk.
Ajak Warga Jadi Peternak Maggot Rumahan
Sunggono mendorong warga untuk budi daya maggot karena relatif mudah dikembangkan dan tidak memerlukan lahan luas. Bahkan, budi daya bisa dilakukan di halaman belakang rumah yang sempit, menjadikannya pilihan efisien dan menguntungkan.
“Ayam petelur di 17 kecamatan mendatang, tentu akan membutuhkan banyak pakan. Ulat maggot merupakan bahan baku makanan ayam. Dari budi daya maggot, tentu hasilnya insya Allah akan dibutuhkan orang lain,” tambahnya.
Pengelolaan Sampah Mendukung Ekonomi Desa
Ajakan ini sejalan dengan peluncuran Gerakan Pegiat Daur Ulang Sampah sehari sebelumnya (Minggu, 30/11), di mana Sunggono meminta penggiat daur ulang fokus pada pendekatan 3R (reduce, reuse, dan recycle).
Sampah organik bisa diolah menjadi kompos dan maggot, sementara non-organik diolah menjadi barang bernilai.
Langkah ini juga sekaligus mendukung program Kukar ‘one village one product’, di mana setiap desa diharapkan memiliki minimal satu produk unggulan yang disesuaikan dengan potensi dan kegemaran pelaku daur ulang di desa masing-masing. (ant/one)