Jurus Jitu Kaltim Lawan Hama: Disbun Genjot Produksi ‘Tentara’ Pembasmi Hama Alami!
SAMARINDA, nusaetamnews.com : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (Disbun Kaltim) makin serius mewujudkan perkebunan yang sehat dan ramah lingkungan. Strateginya? Memperbanyak produksi Agen Pengendali Hayati (APH), atau organisme alami yang bertugas membasmi hama.
APH ini merupakan kunci untuk menciptakan perkebunan yang tidak hanya sehat bagi lingkungan, tetapi juga bagi konsumen yang mengonsumsi produk pertaniannya.
Petani dan Penyuluh Dilatih Jadi ‘Pabrik’ APH
Perbanyakan APH ini tidak dilakukan oleh dinas semata, tetapi melibatkan langsung penyuluh dan kelompok tani di lapangan. Mereka sebelumnya mendapat pelatihan intensif dari Disbun Kaltim agar terampil dan mampu memproduksi sendiri APH secara mandiri.
Kepala UPTD Pengembangan Perlindungan Tanaman Perkebunan (P2TP) Disbun Kaltim, Ruspiansyah, mengatakan program ini sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu dan terus berlanjut.
“Pelatihan perbanyakan dan penyebaran APH sudah kami lakukan sejak beberapa tahun lalu, hingga kini di tiap kabupaten/kota, termasuk pekan lalu yang kami gelar di Kabupaten Paser,” kata Ruspiansyah di Samarinda, Senin.
Contoh pelatihan yang digelar di Kecamatan Kuaro, Paser, diikuti oleh 25 peserta dari Regu Pengendali OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Mereka langsung praktik membuat starter jamur trichoderma, salah satu APH andalan untuk menekan serangan OPT secara alami.
Menguatkan Ujung Tombak Perkebunan Sehat
Regu pengendali OPT kini dituntut menjadi ujung tombak yang punya peran ganda:
- Memahami identifikasi dan pengendalian hama penyakit.
- Mampu menjadi penggerak kelompok tani dalam mewujudkan perkebunan sehat dan berdaya saing.
Melalui pendampingan ini, Disbun Kaltim berharap dapat memperkuat ketahanan perkebunan sekaligus peningkatan produksi melalui pengendalian OPT berbasis biologis.
Teknologi Tepat Guna dan Preventif
Ruspiansyah menjelaskan bahwa pelatihan ini dirancang untuk memberikan informasi dan teknologi terapan kepada petani mengenai penyediaan bahan pengendali OPT yang ramah lingkungan.
“Kami ingin petani mampu melakukan tindakan preventif melalui upaya pengendalian tanaman sejak dini terhadap serangan OPT, sehingga kesehatan tanaman tetap terjaga dan produktivitas tidak terganggu,” ujarnya.
Ia bangga karena para peserta berhasil memproduksi starter jamur trichoderma dan dapat mengembangkannya secara mandiri. “Kemampuan ini tentu tidak berhenti di ruang pelatihan, tetapi akan diterapkan untuk memperkuat ketahanan tanaman, karena para pekebun memang butuh APH untuk mewujudkan pertanian yang berkelanjutan,” tutup Ruspiansyah. (ant/one)