Israel dan Hamas Capai Kesepakatan Gencatan Senjata dan Pertukaran Sandera
Kairo, nusaetamnews.com : Sebuah terobosan diplomatik yang signifikan terjadi setelah negosiasi intensif yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan Turki, menghasilkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas. Pengumuman pada Kamis (09/10) ini, yang didorong oleh intervensi langsung Presiden Amerika Serikat Donald Trump, menandai fase pertama dari rencana perdamaian yang lebih luas, meski belum sepenuhnya menjamin berakhirnya perang dua tahun di Gaza.
Isi Kesepakatan Awal: Pembebasan Sandera dan Peningkatan Bantuan
Meskipun rincian lengkapnya belum dipublikasikan, garis besar kesepakatan fase pertama mencakup:
- Pembebasan Sandera: Seluruh sisa sandera yang ditahan Hamas akan dibebaskan. Sebanyak 20 sandera yang diyakini masih hidup akan dibebaskan paling cepat pada Minggu (12/10), sementara jenazah 28 sandera yang meninggal akan dipulangkan secara bertahap.
- Pembebasan Tahanan Palestina: Sebagai imbalan, ratusan tahanan Palestina akan dibebaskan dari penjara-penjara Israel.
- Penarikan Pasukan dan Bantuan: Pasukan Israel akan ditarik dari sebagian wilayah Gaza, dan bantuan kemanusiaan akan ditingkatkan secara signifikan untuk mengatasi krisis kemanusiaan parah di wilayah tersebut.
Kesepakatan ini merupakan langkah pertama dari rencana perdamaian 20 poin yang dipaparkan Trump di Gedung Putih pekan lalu bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Kunci Kesepakatan: Intervensi Langsung Donald Trump
Faktor utama yang mendorong tercapainya kesepakatan ini adalah keterlibatan langsung Presiden Donald Trump.
- Tekanan pada Israel: Trump, yang dilaporkan sempat frustrasi terhadap Perdana Menteri Netanyahu karena tuduhan menghambat upaya gencatan senjata sebelumnya, kali ini dinilai menggunakan pengaruh besar Amerika Serikat untuk menekan Israel agar bersedia terlibat dalam proses perdamaian. Netanyahu sendiri sebelumnya dituduh menghambat beragam upaya gencatan senjata.
- Ancaman pada Hamas: Situasi serupa dialami Hamas, yang juga berada di bawah tekanan berat. Trump dilaporkan mengancam akan melakukan “penghancuran total” jika Hamas tidak menyetujui rencana tersebut. Dukungan aktif dari negara-negara Arab dan Muslim kunci—seperti Mesir, Qatar, dan Turki—dalam negosiasi juga memperkuat tekanan.
Intervensi ini dilihat sebagai kemenangan diplomatik yang luar biasa bagi Trump, yang secara terbuka menyatakan keinginannya untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian, yang dijadwalkan akan diumumkan pada Jumat (10/10) ini.
Respons Pemimpin dan Pihak Terlibat
Presiden AS Donald Trump
Trump menyambut kesepakatan ini dengan antusias di media sosial, menyebutnya sebagai “peristiwa bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya” serta “langkah pertama menuju perdamaian yang kuat, abadi, dan kekal.”
“Israel dan Hamas ‘menandatangani fase pertama dari rencana perdamaian kami’,” tulis Trump, seraya menambahkan bahwa “Semua pihak akan diperlakukan dengan adil!”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
Netanyahu menyebutnya sebagai “hari besar bagi Israel” dan mengumumkan bahwa pemerintahannya akan segera bertemu pada Kamis untuk menyetujui perjanjian tersebut dan “membawa pulang seluruh sandera tercinta kami.” Israel menyatakan masih ada 48 warganya yang disandera di Gaza, dengan sekitar 20 diyakini masih hidup.
Hamas
Dalam pernyataannya, Hamas mengklaim bahwa kesepakatan ini akan “mengakhiri perang di Gaza,” menjamin “penarikan penuh” pasukan Israel, membuka akses bantuan kemanusiaan, serta mencakup pertukaran sandera dengan tahanan Palestina.
Suara Lain
- Keluarga Sandera Israel menyambut kabar ini dengan haru dan sukacita mendalam.
- Warga Gaza merayakan pengumuman tersebut di tengah malam, menyatakan “Alhamdulillah atas gencatan senjata, atas berakhirnya pertumpahan darah dan pembunuhan.”
- Pemimpin Dunia, termasuk Sekjen PBB António Guterres dan PM Inggris Sir Keir Starmer, menyerukan agar semua pihak mematuhi kesepakatan dan mendukung penuh implementasinya.
Isu Krusial yang Belum Terpecahkan
Meskipun momentum positif sedang berlangsung, kesepakatan ini belum menjamin perdamaian total karena sejumlah isu besar masih menggantung dan belum disepakati:
- Pelucutan Senjata Hamas: Israel menuntut Hamas melucuti senjata, sebuah rencana yang ditolak keras oleh Hamas sebelum adanya kepastian pembentukan negara Palestina yang merdeka.
- Pemerintahan Gaza Pasca-Perang: Trump mengusulkan Hamas tidak memiliki peran, dan wilayah itu akan dikelola sementara oleh “komite teknokrat Palestina yang apolitis” sebelum diserahkan kepada Otoritas Palestina. Namun, Netanyahu terlihat menolak gagasan melibatkan Otoritas Palestina, dan faksi sayap kanan dalam koalisinya menentang poin ini. Sementara itu, Hamas bersikeras tetap berperan dalam pemerintahan Gaza di masa depan.
- Penarikan Pasukan Israel: Sejauh mana penarikan pasukan Israel akan dilakukan masih harus dirinci dan disepakati.
Kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera ini, yang diumumkan setelah perang dua tahun yang menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar Gaza, adalah langkah awal yang disambut baik, namun jalan menuju perdamaian yang kuat, abadi, dan kekal masih panjang. (BBC/sw)