Subscribe

Investigasi Ambruknya Ponpes Al Khoziny: Polisi Garap 17 Saksi, Janji Transparan!

3 minutes read
3 Views

Sidoarjo, 10 Oktober 2025, nusaetamnews.com : Kasus ambruknya bangunan musala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, yang menewaskan total 61 orang dan 7 bagian tubuh, kini mulai memasuki babak serius. Polisi berjanji akan bersikap transparan dalam penyelidikan dan sudah memeriksa 17 orang saksi untuk mendalami penyebab konstruksi gagal ini.

Kapolda Jatim, Irjen Polisi Nanang Avianto, pada Rabu (08/10), memastikan bahwa pemeriksaan akan melibatkan pihak yang bertanggung jawab atas pembangunan serta sejumlah ahli teknik sipil.

“Dari awal kami menduga kegagalan konstruksi menjadi penyebab utama. Karena itu, kami libatkan ahli teknik sipil dan ahli bangunan untuk memberikan analisis resmi,” jelas Nanang.

Fokus Polisi: Kelalaian dan Dokumen “Bodong”

Hasil pemeriksaan sementara sudah menunjukkan indikasi kuat adanya kelalaian dalam proses pembangunan dan pengawasan struktur bangunan. Polisi kini berpatokan pada dua landasan hukum utama:

  1. UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Pasal 46 ayat (3) dan Pasal 47 ayat (2)).
  2. Pasal 359 dan 360 KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan kematian dan luka-luka.

Nanang juga menegaskan akan memeriksa tuntas dokumen perencanaan dan izin bangunan Ponpes. “Setiap orang sama kedudukannya di hadapan hukum. Siapapun yang terbukti lalai akan dimintai pertanggungjawaban,” tegasnya.

Duka Pilu Menanti Kepastian: “Anak Saya Mau ke Mekkah”

Di tengah proses hukum yang berjalan, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim terus bekerja keras mengidentifikasi jenazah korban. Hingga Kamis (09/10) siang, total 40 dari 57 jenazah sudah berhasil dicocokkan identitasnya. Namun, masih ada 21 jenazah dan 5 potongan tubuh yang belum teridentifikasi.

Kisah pilu datang dari tenda penampungan keluarga di RS Bhayangkara, Surabaya.

Ahmad Yusuf Fauzan (47), warga Surabaya, adalah salah satu wali santri yang masih setia menunggu kepastian nasib anak semata wayangnya, Zaky Yusuf (13).

“Namanya juga kabar tentang anak, ya saya tunggu. Saya tunggu mengikuti prosedur,” ujar Yusuf pasrah, wajahnya terlihat lelah menemani sang istri yang masih terbayang-bayang anaknya. “Dia (istrinya) masih terbayang-bayang anaknya seolah-olah seperti masih hidup. Selesai salat maghrib tadi, nangis lagi.”

Yusuf memondokkan Zaky di Al Khoziny demi melanjutkan sanad keilmuan keluarganya. Ia mengenang Zaky sebagai anak penurut yang kerasan di pondok.

Isyarat Terakhir Zaky: “Jadiin Wallpaper, Buat Kenang-Kenangan”

Yusuf juga menceritakan momen pertemuan terakhir yang penuh vibes haru. Seminggu sebelum tragedi, Zaky sempat pulang karena sakit kulit ringan. Di rumah, Zaky sempat selfie dan bikin konten TikTok bareng ibunya, dengan pesan yang kini terasa menyayat hati:

“Mak, kalau bisa (foto) ini jangan dihapus ya, jadiin wallpaper. Terus TikTok jangan dihapus, buat kenang-kenangan,” kenang Yusuf menirukan pesan anaknya.

Yang paling membuat Yusuf trenyuh adalah isyarat terakhir Zaky. Saat diantar kembali ke pondok pada Jumat sore, seorang tetangga menyapa dan mencandainya, “Mau ke mana, Ki?”

Jawaban spontan Zaky saat itu: “Mau ke Mekkah.”

Mendengar cerita itu, Yusuf langsung menangis.

Setelah 10 hari penantian, Yusuf dan istrinya, yang sempat pingsan dua kali mendengar kabar ambruknya musala, akan terus menunggu kepastian identitas putra tunggal mereka. (BBC.SW)Hingga kini, proses hukum dan identifikasi masih berjalan. Siapa menurutmu yang paling bertanggung jawab atas kegagalan konstruksi yang merenggut banyak nyawa ini?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *