Investasi Kabupaten Paser: Antara Bayang-Bayang Tambang dan Geliat Ekowisata (Wawancara Eksklusif Sutarmono)
Pemkab Paser saat ini aktif berupaya meningkatkan iklim investasi dengan fokus pada regulasi (seperti Raperda Insentif dan Kemudahan Usaha) dan kemitraan antara perusahaan besar (dominan di tambang dan sawit) dengan UMKM, sebagai upaya untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada sektor pertambangan. Sutarmono sendiri dikenal sebagai pengelola destinasi wisata, salah satunya Mahakam Park yang baru dibuka, bukan spesifik di bidang “ekowisata terkemuka” seperti yang diminta, namun ia adalah pelaku usaha di sektor pariwisata Paser. Berikut adalah simulasi wawancara yang menggabungkan informasi terkait iklim investasi di Paser dengan perspektif dari pelaku usaha di sektor pariwisata yang tidak berbasis tambang, yaitu Bapak Sutarmono dengan reporter Nusaetamnews.com, setia wirawan yang dilakukan pekan kemarin di Pasir.
Tana Paser—Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, selama ini identik dengan sektor pertambangan dan perkebunan sawit. Namun, seiring dengan komitmen pemerintah daerah untuk mendiversifikasi ekonomi, sektor pariwisata dan ekowisata mulai menunjukkan geliatnya. Kami berkesempatan berbincang dengan Bapak Sutarmono, seorang pengusaha yang berkecimpung di sektor pariwisata Paser, sekaligus pengelola salah satu destinasi wisata baru, Mahakam Park, untuk menggali lebih dalam pandangannya tentang iklim usaha dan investasi di Bumi Daya Taka. Berikut petikannya:
Nusaetamnews.com: Selamat siang, Pak Sutarmono. Paser dikenal sebagai daerah kaya sumber daya alam. Sebagai pengusaha yang berinvestasi di sektor pariwisata, bagaimana Anda menilai iklim usaha dan investasi saat ini di Kabupaten Paser?
Sutarmono : Selamat siang. Secara umum, ada perubahan positif dan semangat yang kuat dari Pemkab Paser untuk tidak lagi bergantung sepenuhnya pada tambang. Ini terlihat dari upaya mereka menyusun regulasi baru—seperti Raperda tentang Insentif dan Kemudahan Berusaha—yang tujuannya jelas: menarik investor non-tambang. Bagi kami, pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekowisata, ini adalah angin segar.
Nusaetamnews.com, menurut Anda, apa tantangan terbesar yang masih dihadapi investor, khususnya di luar sektor utama seperti tambang dan sawit?
Sutarmono : Tantangan utamanya ada dua. Pertama, infrastruktur dasar. Akses menuju beberapa potensi ekowisata kita masih butuh perbaikan serius, terutama jalan dan ketersediaan listrik yang stabil. Investor butuh kepastian logistik yang efisien. Kedua, regulasi yang terintegrasi dan kepastian hukum. Meskipun Raperda sudah dibahas, implementasinya harus mudah dan tidak tumpang tindih dengan Perda yang sudah ada. Investor, baik lokal maupun asing, butuh legalitas yang pasti dan proses perizinan yang cepat. Pemerintah perlu memastikan DPMPTSP (Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu) benar-benar menjadi sentra pelayanan yang all-in-one.
Nusaetamnews.com Bagaimana dengan perizinan sendiri? Apakah sudah terasa kemudahannya, terutama untuk usaha seperti Mahakam Park?
Sutarmono : Dibandingkan dulu, prosesnya memang sudah lebih terpusat. Namun, koordinasi antar-OPD (Organisasi Perangkat Daerah) masih perlu ditingkatkan. Misalnya, urusan tata ruang dan lingkungan harus selaras sejak awal. Kadang, pelaku usaha masih harus “berlari” ke banyak pintu untuk menyelesaikan satu perizinan. Kami berharap, semangat kemudahan berusaha yang digaungkan oleh Pemkab benar-benar terwujud dalam praktik sehari-hari.
Nusaetamnews.com: Anda adalah pelaku usaha di bidang ekowisata/pariwisata, yang notabene merupakan sektor berkelanjutan. Seberapa besar potensi sektor ini, dan apa yang harus dilakukan agar bisa menarik investasi lebih besar?
Sutarmono : Potensi Paser di luar tambang itu luar biasa, terutama di pertanian, perikanan, dan pariwisata. Kami punya pantai, hutan, dan budaya lokal yang unik. Ekowisata bisa menjadi tulang punggung baru. Agar menarik investasi, Pemkab harus menyediakan data sektoral yang akurat dan dokumen potensi investasi yang solid. Investor butuh data potensi pasar, bukan hanya sekadar lahan. Selain itu, perlu ada promosi terpadu yang memperkenalkan Paser tidak hanya sebagai daerah tambang, tetapi juga sebagai destinasi wisata unggulan Kaltim.
Nusaetamnews.com : Dalam pembangunan Mahakam Park, bagaimana Anda melibatkan masyarakat lokal? Dan, seberapa penting kemitraan ini dalam ekosistem investasi Paser?
Sutarmono: Keterlibatan masyarakat lokal itu kunci dalam investasi yang berkelanjutan. Di Mahakam Park, kami berupaya menyerap tenaga kerja dari warga sekitar dan bekerja sama dengan UMKM lokal untuk penyediaan makanan, minuman, dan oleh-oleh. Kemitraan seperti ini sangat penting. Pemerintah Paser juga sudah mendorong perusahaan besar—yang mayoritas tambang dan sawit—untuk bermitra dan membina UMKM. Ini langkah cerdas. Investasi yang baik harus inklusif; tidak hanya menguntungkan pemodal, tapi juga meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat dan menciptakan iklim ekonomi yang merata.
Nusaetamnews.com: Mengingat Ibu Kota Negara (IKN) berada di Kaltim, apakah ada dampak signifikan pada rencana investasi Anda atau pelaku usaha lain di Paser?
Sutarmono: Dampak IKN pasti ada, meskipun tidak secara langsung. Posisi Paser sebagai gerbang selatan Kaltim akan strategis. Kami melihat peluang dari peningkatan mobilitas dan kebutuhan refreshment bagi pekerja dan penduduk IKN di masa depan. Investor mulai melirik Paser, tidak hanya sebagai jalur logistik, tetapi juga sebagai tempat berlibur dan berinvestasi di sektor penunjang. Kami berharap Pemkab Paser memanfaatkan momentum ini dengan mempercepat pembangunan infrastruktur konektivitas dan penyelesaian regulasi pro-investasi.
Nusaetamnews.com: Terakhir, apa harapan Anda sebagai perwakilan pengusaha di Paser untuk pemerintah daerah terkait iklim investasi ke depan?
Sutarmono: Harapan kami sederhana: kepastian dan konsistensi. Berikan kepastian hukum melalui regulasi yang jelas dan tidak berubah-ubah. Berikan kemudahan berusaha melalui birokrasi yang ramping dan cepat. Dan yang terpenting, jangan lupakan sektor non-tambang—pariwisata, pertanian, perikanan—karena di sinilah letak keberlanjutan ekonomi Paser di masa depan. Jika Pemkab fokus dan konsisten, kami, para pelaku usaha, siap berinvestasi lebih jauh.