Hamas Melunak, Siap Tukar Sandera Demi Gencatan Senjata Total
SHARM EL-SHEIKH, MESIR – Pembicaraan tidak langsung yang bertujuan mencapai kesepakatan damai akhir untuk mengakhiri perang di Gaza telah dimulai di Sharm El-Sheikh, Mesir. Momen krusial ini datang tepat menjelang peringatan dua tahun serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Negosiasi ini melibatkan pejabat Mesir dan Qatar yang bertindak sebagai mediator, bolak-balik bertemu delegasi Israel dan Hamas secara terpisah. Para diplomat menilai pertemuan ini sebagai salah satu yang paling berdampak sejak konflik pecah, berpotensi membuka jalan menuju akhir perang.
Fokus Utama: Tukar Sandera dan ‘Kondisi Lapangan’
Pejabat Palestina dan Mesir mengonfirmasi kepada BBC bahwa sesi negosiasi saat ini berfokus pada “menciptakan kondisi lapangan” untuk pertukaran sandera.
Rencana utamanya: pembebasan semua sandera Israel dengan imbalan sejumlah besar tahanan Palestina.
Presiden AS Donald Trump, yang rencananya disepakati bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, telah mendesak semua pihak untuk “bergerak cepat”.1 Trump bahkan optimistis fase pertama rencana damai—yaitu pembebasan sandera—“harus diselesaikan minggu ini.”
Rencana 20 poin tersebut mengusulkan penghentian pertempuran segera dan pembebasan 48 sandera Israel (di mana hanya 20 orang diperkirakan masih hidup) sebagai ganti ratusan warga Gaza yang ditahan.
Respon ‘Anomali’ Hamas
Hamas telah memberikan respons yang digambarkan banyak pihak sebagai “tak terduga” atau anomali. Setelah berhari-hari mengindikasikan akan menolak, Hamas kini menunjukkan sinyal melunak:
- Hamas setuju untuk membebaskan semua tahanan Israel, hidup atau mati, sesuai formula pertukaran dalam proposal Trump, asalkan syarat pertukaran dipenuhi.2
- Hamas memperbarui kesediaannya untuk menyerahkan administrasi Jalur Gaza kepada badan Palestina yang terdiri dari para teknokrat independen.
Respons positif ini disambut baik oleh Otoritas Palestina (PA), yang menyebut upaya Trump “tulus dan bertekad”, bahkan Iran—sponsor utama Hamas selama ini—telah memberikan sinyal dukungannya.
Namun, Hamas sengaja tidak menyinggung dua tuntutan kunci dari rencana damai:
- Pelucutan senjata Hamas.
- Hamas tidak akan memiliki peran lebih lanjut dalam pemerintahan Gaza.
Netanyahu Oposisi, Tapi Pengeboman Terus Berlanjut
Meskipun pembicaraan sedang berlangsung, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuat pernyataan kontroversial. Walaupun telah menyepakati rencana Trump, Netanyahu secara terbuka menolak pembentukan Negara Palestina, mengatakan: “Itu tidak tertulis dalam perjanjian. Kami mengatakan kami akan sangat menentang Negara Palestina.”
Sementara itu, di lapangan, pengeboman Israel terus berlanjut di Gaza.
- Militer Israel melancarkan serangan di Kota Gaza untuk membebaskan sandera yang tersisa.
- Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza melaporkan tidak ada truk bantuan yang diizinkan masuk ke Kota Gaza sejak serangan empat minggu lalu.
- Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, 21 warga Palestina tewas dan 96 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir.
Para pejabat berharap pembicaraan ini, yang dihadiri oleh utusan khusus AS Steve Witkoff, menantu Trump Jared Kushner, dan Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, dapat segera membawa hasil konkrit. Rencana Trump menjanjikan bantuan penuh segera dikirim ke Jalur Gaza setelah kesepakatan fase pertama tercapai. BBC