GARDU LAMA BERGESER”: STRUKTUR SOSIAL PASER DI ERA SAWIT DAN IKN
KABUPATEN PASER, KALTIM, nusaetamnews.com : Kabupaten Paser, yang kaya akan sumber daya alam dan menjadi rumah bagi Suku Paser (sub-Suku Dayak), kini tengah menghadapi pergeseran masif dalam struktur sosialnya. Stratifikasi sosial masyarakat Paser tidak lagi hanya didominasi oleh garis keturunan atau tokoh adat, melainkan semakin dipengaruhi oleh kapital (kekayaan) yang dibawa oleh industri besar, terutama perkebunan kelapa sawit dan pertambangan.
Ini adalah analisis mendalam mengenai tiga pilar utama yang membentuk struktur sosial Paser saat ini:
I. Pilar Tradisional: Adat dan Kekerabatan Suku Paser
Secara tradisional, masyarakat Paser berpegang teguh pada sistem sosial yang berbasiskan nilai-nilai leluhur dan hukum adat.
- Pembeda Awal: Di era pra-industri (termasuk masa Kesultanan Pasir), stratifikasi sosial sangat kental didasarkan pada Power (kekuasaan) dan garis keturunan (bangsawan dan rakyat biasa).
- Peran Lembaga Adat: Lembaga Adat Paser (LAP) masih memegang peranan krusial, dipimpin oleh Tuwo Kampoeng (Kepala Suku Adat) atau tokoh yang dihormati (seperti Mulung dalam tradisi penyelesaian sengketa Mayar Sala). Mereka menjadi penengah konflik dan penjaga kearifan lokal seperti ritual Balian dan Nondoi.
- Ancaman Tradisi: Namun, Lembaga Adat menghadapi tantangan berat, mulai dari krisis kepemimpinan, kurangnya minat generasi muda, hingga masalah pendanaan dan berkurangnya tokoh-tokoh adat. Nilai-nilai sosial budaya lokal dikhawatirkan tergerus oleh modernisasi dan arus migrasi.
II. Pilar Baru: Kapital dan Kelas Ekonomi Industri
Masuknya industri skala besar seperti perkebunan kelapa sawit, batubara, dan karet menjadi ‘game changer’ yang mengubah total peta sosial di Paser. Stratifikasi bergeser dari basis power tradisional menjadi basis Privilege (keistimewaan) atau modal ekonomi.
| Kelompok Sosial Baru | Basis Kekuatan | Ciri Khas |
| Elite Korporasi | Jabatan & Kapital | Memegang posisi tinggi di perusahaan perkebunan/tambang, berpendapatan tinggi. |
| Kelas Menengah Baru | Profesional & Jabatan Publik | Dokter, Guru, PNS, dan para profesional di sektor swasta/pemerintahan. |
| Pemilik Lahan Kapital | Lahan & Sarana Produksi | Kelompok yang memiliki lahan kebun luas (landlord) atau modal signifikan. |
| Petani, Buruh & Marginal | Tenaga Kerja | Kelompok yang mengandalkan upah harian atau lahan kecil. Mereka rentan terhadap konflik agraria. |
Fenomena: Perubahan ini menciptakan kesenjangan vertikal. Akses terhadap sumber daya (terutama lahan) dan jabatan menjadi penentu utama status sosial, seringkali memicu konflik agraria karena klaim tumpang tindih antara lahan adat dan HGU korporasi.
III. Pilar Lintas Batas: Etnis dan Solidaritas Migran
Sebagai daerah yang terbuka, masyarakat Paser sangat multikultural, terdiri dari Suku Paser (sebagai etnis asli) dan berbagai suku pendatang (Bugis, Jawa, Banjar, dll.).
- Dinamika Etnis: Meskipun hidup berdampingan, dinamika antara Masyarakat Adat dan non-Adat menjadi isu sensitif, terutama ketika menyangkut penguasaan sumber daya dan kebijakan pembangunan (seperti rencana Transmigrasi yang sempat ditolak tegas oleh Masyarakat Adat).
- Solidaritas Lokal: Di tengah tekanan modernisasi, muncul upaya-upaya untuk menjaga solidaritas, salah satunya melalui pembentukan komunitas-komunitas seperti “Paser Bekerai”. Komunitas ini menjadi wadah di mana semua kelas dan atribut sosial dikesampingkan, menunjukkan adanya kebutuhan kuat untuk kembali pada ikatan kekerabatan dan kesukuan di tengah hiruk pikuk industrialisasi.
Dengan demikian, Struktur sosial Paser saat ini adalah kolaborasi dan ketegangan antara otoritas tradisional, dominasi modal industri, dan keragaman etnis. Tantangan terbesar adalah bagaimana pemerintah daerah dan lembaga adat dapat memastikan bahwa perkembangan ekonomi (termasuk dampak IKN) tidak hanya menciptakan elite baru yang kaya, tetapi juga memberikan kepastian hukum dan kesejahteraan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama Masyarakat Adat yang terancam kehilangan ruang hidup dan tradisinya. (one)