Berau Goes International: Gandeng Seychelles Kembangkan ‘Ekonomi Biru’ Ala Kearifan Lokal
Berau, Kaltim (nusaetamnews.com) – Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, resmi menjalin kolaborasi internasional dengan Republik Seychelles (negara kepulauan di Afrika) untuk menggenjot program Ekonomi Biru (Blue Economy). Fokus utamanya adalah memaksimalkan potensi laut dan pesisir, mulai dari pelestarian mangrove hingga pariwisata dan perikanan berbasis kearifan lokal.
Kampung Buyung-Buyung di Kecamatan Tabalar didapuk menjadi pilot project atau proyek percontohan.
“Kampung Buyung-Buyung dengan segala potensi alam yang masih terjaga, menjadikan kampung ini sebagai proyek percontohan economy blue dan blue food,” kata Bupati Berau Sri Juniarsih Mas di Berau, Sabtu.
Buyung-Buyung: Pabrik Udang Organik 100 Ton/Hari
Bupati Sri Juniarsih bersama Duta Besar Seychelles untuk ASEAN, Nico Barito, telah meninjau langsung Hutan Mangrove Buyung Lestari. Mereka memastikan potensi yang ada sangat layak dikembangkan.
- Potensi Besar: Selain keindahan alam, Buyung-Buyung adalah penghasil udang organik dan kepiting bakau raksasa, dengan hasil mencapai 100 ton per hari dan pembeli yang sudah pasti (pasar sudah ada).
- Home Industry Berkelas: Industri rumahan di sana sudah memproduksi terasi, ebi dari udang rebon, ikan, dan kepiting segar yang semuanya organik.
Menurut Bupati, kekayaan alam yang organik, olahan seafood, dan kearifan lokal yang masih terjaga membuat Buyung-Buyung punya nilai jual tinggi di kancah global.
Belajar dari Seychelles: Maju Berkat Laut
Nico Barito, Dubes Seychelles, memuji keindahan alam dan potensi Berau yang disebutnya sangat mirip dengan negaranya. Seychelles, sebagai negara kepulauan, sukses mencapai kemajuan ekonomi dengan menjaga potensi laut dan pariwisata bahari.
“Seychelles bisa mencapai kemajuan dengan menjaga potensi laut dan pemandangan laut, sehingga Berau dengan kondisi alam yang sama, tentu bisa,” ujar Nico Barito.
Kolaborasi ini diharapkan bisa mendorong Berau, khususnya Buyung-Buyung, untuk memanfaatkan potensi alam dan budayanya demi mencapai kemandirian ekonomi, mengikuti jejak Seychelles.
Nico Barito juga berpesan agar Kepala Kampung Buyung-Buyung terus membina masyarakat untuk menjaga kearifan lokal, yang merupakan daya tarik terbesar di sektor wisata dan perikanan.
Program MESTI (Mangrove Sahabat Tambak Lestari)
Program MESTI adalah inisiatif kunci yang diluncurkan oleh Pemkab Berau bersama YKAN (dengan dukungan dari Chevron pada awal pelaksanaannya). Tujuannya adalah mencari solusi atas konflik antara kebutuhan lahan tambak dan pelestarian hutan mangrove.
| Aspek | Detail Program Konservasi |
| Tujuan Utama | Merestorasi ekosistem mangrove yang rusak akibat pembukaan lahan tambak, sambil meningkatkan produktivitas tambak udang. |
| Metode Kunci | Shrimp-Carbon Aquaculture (SECURE). Metode ini bertujuan menyeimbangkan fungsi ekologis dan ekonomi. |
| Cara Kerja SECURE | Petani tambak didorong untuk merestorasi ekosistem mangrove hingga 80% dari total area tambak, dan hanya mengoptimalkan 20% lahan yang tersisa untuk budidaya udang berkelanjutan. |
| Manfaat | Ekologis: Mangrove dapat tumbuh kembali, berfungsi sebagai filter air alami, dan menjadi penyerap karbon (nilai karbon). Ekonomis: Petani dapat memperoleh hasil panen yang optimal (minimal sama) dengan menggunakan lahan yang lebih kecil, sehingga konservasi tidak mengorbankan penghidupan. |
| Lokasi Percontohan | Kampung Pegat Batumbuk, Tabalar Muara, dan Suaran (salah satunya berada di Kecamatan Tabalar, dekat dengan Kampung Buyung-Buyung). |
Aspek Konservasi Lain di Berau
- Regulasi Daerah: Pemkab Berau telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang Pengelolaan Ekosistem Mangrove, menunjukkan komitmen hukum untuk menjaga kawasan ini.
- Ekowisata Berbasis Masyarakat: Beberapa kampung, seperti Teluk Semanting dan Kampung Dumaring, mengembangkan kawasan ekowisata mangrove (ekoeduwisata) seperti De Mangroop sebagai lokomotif ekonomi baru yang berbasis pada pelestarian.
- Restorasi Fisik: Di beberapa lokasi, dilakukan pembangunan dinding peredam gelombang yang terbuat dari bahan berongga untuk mengurangi erosi pantai dan membantu penanaman kembali mangrove.
- Buyung-Buyung: Kampung Buyung-Buyung yang Anda sebutkan sendiri diakui memiliki kondisi mangrove yang “sangat baik dan alami,” sehingga fokusnya saat ini adalah menjaga kelestarian tersebut dan mengembangkannya menjadi destinasi wisata mangrove dan sumber ekonomi biru.
Program kolaborasi dengan Seychelles ini diharapkan akan semakin memperkuat inisiatif konservasi yang sudah berjalan, terutama dengan memasukkan aspek nilai karbon dan dukungan internasional untuk pengembangan pariwisata bahari yang berkelanjutan. (ant/one)