Subscribe

Balikpapan Antara Isu Lingkungan Klasik dan Tekanan Infrastruktur IKN

3 minutes read
9 Views

Balikpapan – Kota Balikpapan kini berada di titik persimpangan. Di satu sisi, statusnya sebagai Gerbang Utama Ibu Kota Nusantara (IKN) menjanjikan percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, isu-isu klasik seperti banjir tahunan dan tekanan infrastruktur justru semakin terangkat ke permukaan sebagai tantangan mendesak yang harus segera diatasi.

Laju proyek infrastruktur pendukung IKN, seperti pelebaran jalan dan pembangunan perumahan baru, tanpa disadari menimbulkan dampak domino pada tata kelola lingkungan dan kemampuan kota menampung aktivitas yang semakin padat.

Tantangan Lingkungan: Banjir dan Kegagalan Tata Ruang Hulu

Meskipun Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan terus mengalokasikan anggaran besar untuk proyek pengendali banjir, seperti perbaikan DAS Ampal, warga masih mengeluhkan banjir yang kerap melumpuhkan.

Joni Parenta, seorang pengamat perkotaan dan lingkungan kota Balikpapan, melihat akar masalah ini terletak pada ketidaktegasan dalam menjaga kawasan konservasi, terutama di wilayah hulu.

“Anggaran kita habis untuk memompa air dan mengeruk sungai di hilir, tapi kita lalai menjaga ‘tandon air’ kita di hulu. Komitmen 52% kawasan lindung itu hebat di atas kertas, tapi kalau di lapangan terjadi alih fungsi lahan masif untuk ekspansi perumahan, itu sama saja kita sengaja memperparah masalah,” ujar Joni Parenta dengan nada prihatin.

Parenta menekankan bahwa banjir bukan lagi hanya masalah curah hujan tinggi, melainkan bukti nyata adanya pelanggaran tata ruang yang berkelanjutan, yang berdampak pada peningkatan lahan kritis dan erosi.

Fokus Baru: Keterbatasan Infrastruktur dan Tekanan IKN

Selain isu lingkungan, tekanan IKN telah membawa masalah baru, khususnya terkait kapasitas infrastruktur dan pelayanan publik. Mulai dari kemacetan, kebutuhan air bersih, hingga penyediaan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang memadai bagi lonjakan penduduk.

Parenta menyoroti bahwa Balikpapan harus segera mempercepat proyek-proyek vital yang sudah lama tertunda, karena daya dukung kota saat ini sudah hampir maksimal.

“Proyek strategis seperti Jalan Lingkar (Ring Road) III dan pembangunan Rumah Sakit Balikpapan Barat itu bukan lagi opsional, tapi mendesak. Bayangkan, dengan masuknya ribuan pekerja dan mobilitas logistik IKN, kemacetan di beberapa ruas jalan sudah luar biasa,” jelas Parenta.

Lebih lanjut, ia menyoroti masalah air bersih, yang menurutnya adalah bom waktu.

“Balikpapan sangat bergantung pada Waduk Manggar. Dengan pertumbuhan penduduk yang cepat, revitalisasi dan perbaikan pipa saja tidak cukup. Pemkot harus mulai serius mencari sumber air baku baru yang terjamin, atau kita akan menghadapi krisis air dalam beberapa tahun ke depan,” tegasnya. “Kita tidak bisa hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga harus memastikan kualitas hidup warga tetap terjaga.”

Menuju Pembangunan Berkelanjutan

Menurut Parenta, Balikpapan saat ini memerlukan kepemimpinan yang berani dan transparan untuk menyeimbangkan ambisi pembangunan dengan prinsip keberlanjutan. Keputusan yang diambil hari ini, baik terkait pengawasan lahan maupun percepatan infrastruktur, akan menentukan apakah Balikpapan benar-benar siap menjadi Gerbang IKN yang tangguh, atau justru terjebak dalam masalahnya sendiri. (sw)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *