Asal-Usul Danau Lipan: Kutukan Sang Putri dari Kerajaan Kutai Lama
Permulaan di Muara Kaman
Kisah ini bermula di wilayah Muara Kaman, tempat berdirinya Kerajaan Kutai Martadipura (Kutai Lama), kerajaan Hindu tertua di Nusantara. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana, namun sang raja memiliki seorang putri yang dikenal sangat cantik, bernama Putri Junjung Buih.
Putri Junjung Buih adalah sosok yang disayangi rakyat, tetapi ia juga memiliki temperamen yang keras. Suatu ketika, terjadi musibah yang membuat rakyat menderita. Sang putri, yang merasa bertanggung jawab dan frustrasi, mengambil keputusan yang berani namun gegabah.
Kutukan yang Terucap
Saat musibah melanda, Putri Junjung Buih merasa bahwa kemewahan dan kekayaan yang dimiliki Kerajaan Kutai adalah sumber kesialan. Dalam amarah dan keputusasaannya, sang putri mengambil semua perhiasan emas miliknya yang tak terhitung jumlahnya, termasuk mahkota dan gelang-gelangnya.
Di hadapan banyak rakyat dan para punggawa, Putri Junjung Buih melemparkan semua perhiasan itu ke sebuah telaga dekat istana. Sambil melempar, ia mengucapkan kutukan yang mengguncang:
“Biarlah semua perhiasan ini tenggelam! Dan semua kekayaan yang kita miliki ini akan menjadi lipan (sejenis kelabang atau kalajengking air) yang ganas! Siapapun yang berani mengambilnya, dia akan celaka dan mati digigit lipan!”
Setelah mengucapkan kutukan itu, putri pun menghilang ditelan telaga, meninggalkan keheranan dan ketakutan mendalam di hati rakyatnya.
Danau yang Penuh Bahaya
Seketika setelah kutukan diucapkan, telaga itu berubah menjadi sebuah danau yang misterius. Di permukaannya, tampak ribuan binatang air dengan capit dan sengat yang tajam—lipan. Danau itu pun dikenal sebagai Danau Lipan.
Orang-orang percaya bahwa lipan-lipan tersebut adalah jelmaan dari harta benda Kerajaan Kutai yang dikutuk oleh sang putri. Sejak saat itu, Danau Lipan menjadi tempat yang sangat dihindari oleh penduduk Muara Kaman. Konon, siapa pun yang mencoba mengambil harta yang tenggelam di danau tersebut, atau bahkan hanya berenang di sana dengan niat jahat, akan digigit oleh lipan-lipan yang ganas hingga nyawanya melayang.
Kisah ini berfungsi sebagai peringatan bagi masyarakat Kutai tentang bahaya keserakahan dan pentingnya menjaga keseimbangan antara kekayaan dan kebijaksanaan. Hingga kini, Danau Lipan di Muara Kaman, Kutai Kartanegara, masih dikaitkan dengan legenda keramat ini. One