Subscribe

Akses Pengobatan Gratis HIV/AIDS Kaltim Diperkuat: Dinkes Sediakan 272 Faskes!

2 minutes read

SAMARINDA, nusaetamnews.com : Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mengambil langkah serius untuk menekan laju penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV)/AIDS. Caranya? Memperkuat akses layanan pengobatan secara gratis melalui jaringan yang masif, yaitu 272 fasilitas kesehatan (Faskes).

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin, saat peringatan Hari AIDS Sedunia tingkat Kaltim di Samarinda, Senin, mengungkapkan bahwa layanan ini siap diakses masyarakat tanpa biaya.

“Saat ini terdapat 272 klinik layanan perawatan, dukungan, dan pengobatan (PDP) di seluruh Kaltim yang siap melayani konsultasi dan pemberian obat antiretroviral (ARV) tanpa biaya,” kata Jaya Mualimin.

Fasilitas layanan PDP ini mencakup Puskesmas, klinik swasta, praktik mandiri, hingga rumah sakit rujukan yang tersebar merata di kabupaten dan kota.

Angka Kasus 2025 Jadi Alarm

Langkah ini diambil menyikapi data terkini tahun 2025 yang menunjukkan:

  • 1.018 kasus HIV
  • 223 kasus AIDS
  • 112 kematian terkait penyakit ini

Pemerintah melaksanakan penanggulangan HIV secara simultan bersamaan dengan penanganan Tuberkulosis (TB) dan Malaria, melalui program terpadu yang dikenal sebagai ATM (AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria).

Disiplin ARV Kunci Hidup Normal ODHA

Jaya Mualimin menekankan pentingnya disiplin bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam mengonsumsi obat ARV agar virus dalam tubuh tidak berkembang secara masif.

Pengobatan yang teratur terbukti sangat efektif menekan jumlah virus hingga ke level aman. Dengan begitu, ODHA dapat hidup normal, produktif, dan yang terpenting, tidak menularkan penyakit ke orang lain.

Edukasi Masif dan Penghapusan Stigma

Dinkes juga gencar melakukan edukasi untuk menghindari perilaku berisiko tinggi seperti hubungan seksual di luar nikah dan penggunaan jarum suntik secara bergantian.

Selain itu, kampanye kesehatan terus digalakkan kepada komunitas rentan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya penularan melalui cairan tubuh.

Pemerintah meminta masyarakat untuk tidak mendiskriminasi ODHA, mengingat virus ini sulit menular hanya melalui interaksi sosial biasa, seperti bersentuhan atau berbagi makanan.

“Upaya penghapusan stigma menjadi prioritas agar pasien merasa aman dan tidak takut untuk datang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan,” jelasnya.

Perhatian khusus juga diberikan kepada ibu hamil dengan diagnosa positif melalui pengobatan intensif guna mencegah penularan virus kepada bayi yang dikandungnya. (ant/one)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *