Mangrove Kaltim Mau ‘Level Up’! Pemerintah, Kampus, dan Komunitas Kolab Bahas Jurus Anti Gagal Restorasi!
SAMARINDA, (ANTARA) – Program restorasi mangrove di Kalimantan Timur (Kaltim) dan Indonesia secara umum bakal naik kelas! Sejumlah pihak mulai dari lembaga pemerintah, akademisi, hingga organisasi masyarakat sipil (OMS) baru saja sat set merumuskan strategi jitu agar proyek penyelamatan hutan bakau ini nggak zonk lagi.
Inisiatif keren ini lahir dari Seminar Nasional Mangrove di Samarinda, bertajuk “Mengapa Berhasil, Mengapa Gagal: Pembelajaran Restorasi Mangrove dari Berbagai Tingkatan.” Acara ini digagas oleh Yayasan Planet Urgensi Indonesia (YPUI) bareng Mangrove Action Project (MAP), dengan vibes utamanya: Belajar dari kegagalan biar sukses ke depan!
“Kami sadar, banyak banget tantangan dan kasus gagal dalam restorasi mangrove. Makanya, kita kumpulin semua pihak buat sharing ilmu secara terbuka. Tujuannya simpel, biar upaya restorasi ke depan jauh lebih efektif dan berhasil,” ungkap Direktur YPUI, Reonaldus, di Samarinda, Rabu.
Kenapa Penting Banget? Ini Alasannya!
Kolaborasi lintas sektor ini dijamin relevan banget. Bayangin, Indonesia itu pemilik 22 persen dari total mangrove dunia. Tapi, dalam tiga dekade terakhir, kita udah kehilangan sekitar 800.000 hektare! Gak main-main!
Oleh karena itu, seminar ini fokus banget buat upgrade kapasitas para pelaksana program. Tujuannya adalah kasih info akurat soal konsep dan metode restorasi yang tepat sasaran ke para stakeholder. Plus, jadi ajang curhat dan spill the tea soal praktik yang berhasil atau gagal, biar jadi bahan pembelajaran bareng.
Langkah ini sejalan sama komitmen pemerintah yang udah serius banget, sampai bikin Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) di tahun 2020. Tugas BRGM? Gede banget! Memfasilitasi percepatan rehabilitasi mangrove seluas 600.000 hektare di sembilan provinsi prioritas se-Indonesia.
3 Faktor Biang Keladi Kegagalan Terbongkar!
Meskipun restorasi sering gagal optimal, forum ini justru gaspol cari solusi. Pembahasannya dalam banget buat ngatasin tiga faktor utama yang sering jadi batu sandungan:
- Hambatan Sosial-Politik: Gimana caranya bikin kebijakan dan dukungan masyarakat on point.
- Tantangan Biofisik di Lapangan: Mulai dari jenis tanah sampai gelombang laut, semua harus dihitung detail.
- Kendala Komunikasi Antar Pemangku Kepentingan: Biar nggak ada lagi miss-comm antar pelaksana program.
Pembelajaran di seminar ini disajikan all-out, mulai dari level akar rumput oleh Pokja Pesisir, level regional Kaltim oleh M4CR Kaltim, sampai skala nasional oleh Global Mangrove Alliance (GMA) Chapter Indonesia.
“Kita juga bagi wawasan global dari Mangrove Action Project (MAP) biar perspektifnya makin luas,” tutup Reonaldus, optimis. Intinya, restorasi mangrove Indonesia wajib glow up! (ant/one)