Subscribe

Jalan Terowongan Selili Samarinda: Ambisi Ikonik Kalimantan Pertama di Tengah Gempuran Longsor dan Pembengkakan APBD Rp133 Miliar

3 minutes read
5 Views

Samarinda, nusaetamnews.com : Proyek Jalan Terowongan Selili di Samarinda merupakan salah satu megaproyek infrastruktur paling ambisius yang digagas Pemerintah Kota Samarinda. Terowongan yang menghubungkan Jalan Sultan Alimuddin di Sambutan dengan Jalan Kakap di Selili ini digadang-gadang akan menjadi terowongan jalan pertama di Pulau Kalimantan, dan uniknya, didanai sepenuhnya menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tingkat kota, yang menunjukkan kemandirian daerah dalam pembangunan strategis.

Proyek ini memiliki total panjang sekitar 690 meter (panjang terowongan sekitar 400 meter) dengan lebar dan tinggi masing-masing 15 meter, yang dirancang memiliki 2 lajur (1 arah). Nilai kontraknya mencapai sekitar Rp395,7 miliar.

Status Progres dan Target Penyelesaian

Proyek ini dimulai pada akhir 2022. Meskipun awalnya ditargetkan rampung pada akhir tahun 2024 atau awal 2025, proyek ini menghadapi serangkaian kendala, menyebabkan target penyelesaian bergeser:

Progres Fisik: Perkiraan progres proyek sempat mencapai sekitar 47,73% pada Juni 2024 dan terus berlanjut. Pekerjaan penggalian dilakukan dari dua arah (Sultan Alimuddin dan Kakap) menggunakan teknologi modern New Austrian Tunneling Method (NATM), yang cocok untuk kondisi tanah rumit seperti di Samarinda.

Target Terbaru: Pengerjaan keseluruhan kini diprediksi rampung pada akhir tahun 2025. Pihak kontraktor sempat menyatakan optimisme rampung pada bulan November 2025, tetapi target resminya adalah akhir tahun 2025.

Uji Coba: Rencana uji coba sempat dijadwalkan pada Mei 2025.

Kendala Utama dan Pembengkakan Anggaran

Perjalanan pembangunan Terowongan Selili tidak mulus. Beberapa tantangan besar telah menguji komitmen dan perencanaan proyek:

1. Masalah Geoteknik dan Longsor

 Insiden Longsor: Pada awal tahun 2025, lereng sisi inlet terowongan (Jalan Sultan Alimuddin) mengalami longsor yang signifikan, meskipun proyek sudah mencapai progres tinggi (sekitar 98% di struktur badan terowongan). Insiden ini memicu kekhawatiran publik dan sorotan tajam dari DPRD Samarinda.

Kritik Perencanaan: Komisi III DPRD Samarinda mengkritik pelaksana proyek, PT PP (Persero) Tbk., karena dinilai lemah dalam kajian geoteknik dan perencanaan teknis awal. Masalah accident & emergency (A&E) dinilai baru terdeteksi belakangan, menunjukkan kegagalan memahami karakteristik tanah dan risiko alamiah di lokasi.

 Pembengkakan Anggaran: Akibat insiden longsor dan kebutuhan penguatan lereng, proyek mengalami pembengkakan anggaran yang drastis, mencapai tambahan hingga sekitar Rp133 miliar. Dana tambahan ini dialokasikan untuk penanganan darurat, regrading lereng, pembangunan struktur beton bertulang, serta penguatan lanjutan.

2. Pembebasan Lahan

Sengketa Kompensasi: Kendala pembebasan lahan dari sisi Jalan Sultan Alimuddin dan Jalan Kakap juga menjadi penghambat. Meskipun lahan sudah dibayar, terdapat masalah kompensasi bangunan dan tanah di mana warga tidak menerima perhitungan dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP). Hal ini memaksa Pemkot Samarinda untuk menitipkan dana kompensasi di pengadilan, yang menunda pekerjaan.

Verifikasi Kepemilikan: Penilaian tanah membutuhkan proses verifikasi kepemilikan yang rumit, yang turut memperlambat proses pembebasan lahan.

Signifikansi Proyek

Meskipun menghadapi tantangan besar, proyek Terowongan Selili memiliki arti penting bagi Samarinda dan Kalimantan Timur:

Mengurai Kemacetan: Tujuan utama terowongan adalah menyediakan jalur alternatif untuk mengurai kemacetan parah yang sering terjadi di kawasan Gunung Manggah.

Konektivitas IKN: Proyek ini berada di jalur strategis dan sangat penting sebagai kota penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi distribusi barang dan jasa serta mendukung mobilitas antar kecamatan.

Mandiri dan Inovatif: Menjadi bukti bahwa pemerintah daerah dapat secara mandiri membangun proyek infrastruktur modern berskala besar menggunakan APBD, sekaligus menerapkan teknologi terowongan yang inovatif (NATM) di kondisi geologi yang menantang.

Desakan Penyelesaian

DPRD dan masyarakat terus mendesak Pemerintah Kota Samarinda untuk mempercepat penyelesaian proyek ini. Ada permintaan agar Pemkot memprioritaskan penyelesaian Terowongan Selili, bahkan jika harus menunda program lain, mengingat proyek ini sudah sangat dinantikan oleh masyarakat.

Secara keseluruhan, Terowongan Selili adalah simbol ambisi pembangunan Samarinda, namun tantangan geoteknik dan birokrasi, terutama terkait perencanaan teknis dan pembebasan lahan, telah menjadi ujian besar, yang berujung pada penambahan biaya signifikan dan mundurnya jadwal penyelesaian. (sw)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *